SITUBONDO - Kiai Afifuddin Muhajir memiliki istilah sendiri bagi santri/alumni Pesantren Sukorejo yang memiliki totalitas dalam meneruskan bahkan mengikuti derap langkah perjuangan Kiai As'ad Syamsul Arifin. Istilah beliau, As'adian, yakni orang yang mengagumi dan mencontoh Kiai As'ad. Istilah As'adian ini pertama kali saya dengar saat saya mewancarai Kiai Afif tentang sosok almarhum Kiai Hasan Basri, Lc, santri Kiai As'ad yang belakangan menjadi orang kepercayaan Kiai As'ad.
Kiai Hasan Basri atau para santri Sukorejo memanggilnya Pak Lc adalah santri senior Kiai As'ad yang oleh beliau disekolahkan ke Madinah. Gelar Lc yang melekat pada namanya didapatkan di Universitas Ummul Qura'. Kiai Hasan dalam beberapa kesempatan dipercaya oleh Kiai As'ad.
Baca juga:
Sang Pengayom Telah Pergi
|
misal ketika mendirikan Ma'had Aly, Kiai Hasan ditunjuk oleh Kiai As'ad sebagai ketua Tim Pendiri. Ide-ide Kiai As'ad tentang pendidikan kader ulama diterjemahkan oleh Kiai Hasan dalam beberapa lembaran-lembaran kertas. konon Kiai Hasan menulis ide-ide Kiai As'ad tentang Ma'had Aly di perpustakaan Ibrahimy, perpustakaan milik pondok.
Ketika Muktamar ke 27 di Pesantren Sukorejo yang kisahnya fenomenal itu, Kiai Hasan diminta memberi sambuatan atas nama Sohibul bait mewakili Kiai As'ad. Pada Muktamar selanjutnya, yakni Muktamar di Yogyakarta Kiai As'ad menunjuk Kiai Hasan untuk hadir ke Muktamar menggantikan beliau.
Dari banyak pergumulan dengan gurunya itu, Kiai Hasan seperti amat paham betul bagaimana sikap, pola fikir dan gerak-gerik Kiai As'ad. cara Kiai As'ad berbicara, cara Kiai As'ad bersikap dalam politik, pehatian tinggi Kiai As'ad pada kebersihan dan lain sebagainya, Kiai Hasan paham betul.
Makanya tak jarang saat beliau menceritakan sejarah Kiai As'ad apalagi berkaitan dengan Ma'had Aly dan Nahdlatul Ulama, ia amat emosional. ia menjiwai bahkan tak jarang sesekali mengalirkan air mata penuh haru. saya menyaksikan sendiri. karena kebetulan saya masih nututi beliau ketika mengajar dan mengurus Ma'had Aly.
Selain Kiai Hasan Basri, Lc yang memiliki atribusi "As'adian" tampaknya gelar tersebut juga cocok disematkan kepada Kiai Yazid Karimullah, pengasuh Pesantren Nurul Qarnain, Jember. Kiai Yazid, begitu panggilan akrabnya adalah santri Kiai As'ad yang sukses mendirikan dan mengelola pesantren dari titik nol. Pesantren Nurul Qarnain yang diasuhnya kini menjadi salah satu pesantren megah di Kabupaten Jember. lembaga pendidikannya lengkap dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi dan Ma'had Aly.
Kiai Yazid ini tipikal sosok yang sangat "As'adian" sekali. cara bersikap, berbicara dan lain sebagainya, merujuk kepada Kiai As'ad. misalnya, seperti banyak penuturan para santri, Kiai Yazid memiliki perhatian amat tinggi pada kebersihan dan kerapian. itu semua, saya menduga terinspirasi dari laku Kiai As'ad yang amat menaruh perhatian tinggi pada kebersihan dan kerapian.
lain waktu jika anda ada waktu, sesekali boleh bermain ke pesantren beliau, yang amat rapi dan bersih itu.
Tidak berhenti di situ, Kiai Yazid ini bukan tipikal kiai "akademik" yang suka banyak berteori. ia tipikal kiai yang apa adanya, berbicara lebih sering menggunakan bahasa Madura siapapun audiennya. Itu persis Kiai As'ad. Kiai As'ad ini bukan tipikal Kiai Teori, yang ke sana kemari asyik membicarakan teori yang ndakik-ndakik (rumit-rumit).
Baca juga:
Pura-Pura Budayawan
|
tetapi soal etos kerja, visi-misi ke depan dan pekerti kekiaian jangan ditanya. ia persis seperti banyak kiai-kiai tradisional lain, yang ditempa pahit manisnya sebuah perjuangan. potret kekiaiannya purna dalam segenap prilaku dan tingkah lakunya.
sedari dulu saya mendengar keharuman namanya. dan sejak dulu pula saya menabung keinginan untuk sekadar mencium tangannya. Puji Tuhan, pagi tadi saya dipertemukan dengan beliau dalam sebuah acara keagamaan.
Selepas acara yang beliau mengisi ceramah, yang jarang mengutip dalil-dalil seperti para pendai pada umumnya, saya disapa oleh beliau. lalu saya mendekat dan pelan-pelan mendengar petikan dawuhnya. dalam hati saya bergumam, "ini momen yg memang saya tunggu-tunggu"!
Lalu ia memulai cerita dengan logat Madura yang fasih, "Ghule neng e pondhuk jarang asakola, lako eajhak Kiai As'ad alako bangunan-saya di pondok jarang masuk kelas karena diajak Kiai As'ad kerja bangunan", cerita yang menjadi khas para kiai: menutupi diri sebagai bentuk tawaduk.
saya mencoba menjawab dengan bahasa Madura yang terbata-bata, "Justru kakdissa letak ta'lim dhari Kiai As'ad, kiai--justru dengan diajak bekerja sama Kiai As'ad adalah sarana panjenengan belajar lebih intens kiai" lalu beliau tertawa sedikit.
Kiai As'ad memang tak mengurusi bagian keilmuan ketika ia sudah menjadi pengasuh pesantren. persis seperti yang saya pernah dengar dari Kiai Afifuddin Muhajir. urusan keilmuan di Sukorejo zaman dulu diurus oleh Dua sosok alim allamah, yang oleh santri disebut dengan Syekh, Yaitu Syekh Dhofir Munawwar dan Syekh Toha. nama pertama adalah menantu Kiai As'ad ayahanda dari Kiai Azaim Ibrahimy, pengasuh Pesantren Sukorejo yang sekarang. sementara nama kedua adalah kerabat Kiai As'ad.
"Kira-kira apa sikap atau dawuh Kiai As'ad yang paling panjenengan tanamkan dalam hati dan dijadikan pijakan hingga hari ini", tanya saya pada Kiai Yazid yang sedang jeda karena menghisap rokok Djie Sam Soe.
"Banyak. banyak sekali", beliau menjawab lalu kemudian meneruskan jawaban kembali, "hanya yang saya kenang dalam hati adalah Kiai As'ad itu tak pernah membohongi hati nurani dan niatnya".
saya merasa agak kesuliatan mencerna jawaban beliau, namun setalah saya mendegarkan kembali secara seksama, saya dapat mengambil poin bahwa Kiai As'ad adalah tipikal orang yang tulus dan teguh pendirian. apapun sikap dan ide beliau menyangkut masalah-masalah kepesantrenan, keumatan dan kebangsaan pondasinya adalah ketulusan. dan jika niat tulus itu dijalankan, ia akan selalu memiliki komitmen untuk menjaganya. dalam artian tak pernah mengkhianati niat tulus yang ia perjuangkan.
Kiai Yazid masih asyik meneruskan cerita dan saya girang bukan kepalang, sebab saya bisa leluasa mendapatkan "bocoran" dokumen sejarah.
"Wasiat Kiai As'ad yang khusus untuk saya amat berat". kenang beliau dan saya membenarkan posisi duduk. "Misal, Kiai As'ad mewanti-wanti pada saya agar jangan sampai minta-minta. makanya dari dulu sampai sekarang, saya gak pernah minta-minta kepada siapapun untuk pembangunan dan pengembangan pesantren.". lanjut Kiai Yazid dengan asap rokok yang selalu mengepul.
"Kedua, saya dilarang mencari-cari santri. dari itu saya dulu tidak pernah membuat baliho atau apapun untuk syiar pesantren. saya berjalan apa adanya". pungkas Kiai Yazid menceritakan wasiat khusus Kiai As'ad.
saya kemudian memancing beliau kembali, "Tapi beruntung sekali jenengan kiai, bisa menangi zaman Kiai As'ad". lalu saya bertanya, "Apa Kiai As'ad pernah rawuh ke kediaman panjenengan?".
Sebelum menjawab pertanyaan saya itu, Kiai Yazid mematikan rokok yang ada di tangannya. ia mengubah posisi duduknya, tampaknya ada hal serius yang ia ingin sampaikan. lalu beliau memulai menjawab masih dengan bahasa Madura yang khas:
"Ia. Kiai As'ad dua kali datang ke rumah saya. pertama ketika beliau masih hidup (sugeng) dan kedua (beliau menarik nafas) saat beliau sudah wafat".
saya mengeryitkan dahi, utamanya pada poin terakhir. sebelum bertanya, beliau buru-buru melanjutkan ceritanya.
"Ia benar. setelah beliau wafat beliau ke rumah saya bukan dalam keadaan bermimpi tapi nyata senyatanya. saya cium tangannya. saya pegang tangan beliau dan terasa sekali kahadiran fisik Kiai As'ad". .Kiai Yazid merasa kaget betul pada malam itu. menurut beliau, sekitar jam 10 malam Kiai As'ad hadir ke kediamannya. saat itu, kenang Kiai Yazid dirinya memang sedang dalam fase yang amat berat dalam hidupnya. ia hampir frustasi dengan cita-citanya. tiba-tiba di tengah kondisi yang amat terpuruk itu, ia didatangi Kiai As'ad seraya berdawuh:
"Tak usah sossa, entos satoan setengah. been kare jiye la--Tak usah sedih. tunggu 1 tahun setengah, masa sulitmu tinggal itu saja".
Kiai Yazid yang tak paham dengan maksud dawuh tersebut juga takut. jangan-jangan itu tandanya beliau akan wafat. ujar beliau menjelaskan kepada saya sembari tertawa lepas.
Karena belum faham dan agak was-was dengan peristiwa semalam, akhirnya Kiai Yazid keesokan harinya pergi ke Pesantren Nurul Jadid, Paiton. di sana beliau hendak sowan ke Kiai Hasan Abd. Wafie, yg pada waktu itu termasuk kiai sepuh di Tapal Kuda dan masih kerabat Kiai As'ad.
Setelah menemui dan menceritakan peristiwa tersebut, Kiai Hasan dawuh:
"mon deyye, du kale Man Towan hadir ka reng oreng. berarti beliau wali kutub ongghuen--Kalau begitu, sudah dua kali paman (Kiai As'ad) datang ke orang-orang setelah beliau wafat. berarti beliau adalah benar-benar Wali Kutub ".
tafsir peristiwa dengan pertemuan dengan Kiai As'ad ternyata terjawab setelah berlalu 1 tahun setengah dari kajadian, persis seperti yang didawuhkan Kiai As'ad. Pesantren Nurul Qarnain, yang dikelola Kiai Yazid berjalan pesat dan karir kekiaiannya Kiai Yazid makin melejit hingga saat ini.
Pesantren Nurul Qarnain terus berkembang maju hingga sekarang dan Kiai Yazid Karimullah adalah salah satu kiai kharismatik, yang amat dihormati. ia adalah salah satu tim 9, yang berisi kiai-dan bu Nyai--sebagai motor utama pemenangan Khofifah Indar Parawansa sebagai Gubernur Jawa timur. ia juga kiai yang amat disegani oleh komunitas Dokter di Jember
kekuatan koneksi seorang murid dengan gurunya yang benar-benar khasyah, warak dan zuhud menjadi energi tersendiri dalam perjuangan dan pengabdian.
saya menutup tulisan ini dengan firman Allah Swt. yang amat luar biasa.:
وَلَا تَحۡسَبَنَّ ٱلَّذِینَ قُتِلُوا۟ فِی سَبِیلِ ٱللَّهِ أَمۡوَ ٰتَۢاۚ بَلۡ أَحۡیَاۤءٌ عِندَ رَبِّهِمۡ یُرۡزَقُونَ
Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; sebenarnya mereka itu hidup di sisi Tuhannya mendapat rezeki,
Oleh : Ahmad Husein Fahasbu